Makanan Papeda adalah pokok tradisional yang berasal dari Papua dan Maluku, terbuat dari sagu yang dimasak hingga berbentuk lendir putih bening dan lengket menyerupai lem. Meski tampak sederhana, Papeda sarat akan nilai budaya dan gizi, serta menjadi simbol ketahanan pangan masyarakat timur Indonesia.

Asal Usul dan Budaya

Papeda sudah dikenal sejak zaman nenek moyang masyarakat Papua dan Maluku, yang hidup dekat dengan alam. Sagu diambil dari batang pohon sagu (Metroxylon sagu), diproses secara tradisional dengan ditumbuk, dicuci, dan diendapkan. Hasilnya berupa pati sagu kering yang dapat disimpan lama, lalu dimasak menjadi Papeda.

Cara Penyajian Makanan Papeda

Papeda biasanya disantap bersama ikan kuah kuning, yang dimasak dengan rempah-rempah seperti kunyit, serai, dan daun kemangi. Rasanya gurih, segar, dan sangat cocok dengan tekstur Papeda yang kenyal. Selain itu, juga bisa disajikan dengan sayur daun melinjo, bunga pepaya, atau tumis kangkung.

Ciri Khas Papeda:

  • Tidak memiliki rasa dominan – netral seperti nasi
  • Disajikan panas dan disantap menggunakan sumpit kayu atau langsung “diseruput”
  • Tidak dikunyah, tapi langsung ditelan

Kandungan Gizi dan Manfaat

Papeda kaya akan karbohidrat kompleks, rendah gula, dan bebas gluten, sehingga cocok untuk pola makan sehat dan penderita diabetes. Kandungan seratnya juga tinggi karena berasal dari pati alami sagu.


Fun Fact:

Papeda dimasak hanya dengan air panas, dan dalam waktu singkat berubah menjadi gel bening. Proses ini sering dianggap sakral dan menarik saat disaksikan langsung.


Dimana Bisa Menikmati?

  • Di Rumah Makan Papua atau Maluku di kota besar seperti Jakarta, Makassar, atau Jayapura
  • Saat berkunjung ke kampung adat atau acara budaya di Papua dan Maluku